LANJUTAN BAHASAN
Be Realistics to Realize the Real Bersikap realistis untuk merealisasi yang real NDAGELE SAKMADYO WAEjalani drama kehidupan ini sewajarnya saja Dalam kesedemikian perlu keberdayaan dengan keselarasan dalam keseluruhan untuk meniscayakan keberadaan.
Well, mungkin inilah saatnya bagi kami untuk berbagi bukan lagi sebagai "persona" sebagaimana figur yang seharusnya diperankan (sebagai seorang manusia yang lahir dan hadir di dunia ini dengan segala atribut eksistensial yang ada) namun sebagai sesama zenka "seeker" yang terbang menjelajahi cakrawala pengetahuan keabadian dalam kehidupan ini dengan dua sayap paradoks keterbukaan dan keterjagaan atas dualisme kenyataan menjaga keberimbangan, menjalani keswadikaan dan menggapai kebijaksanaan sebagaimana harusnya ….Sayang sekali walau mungkin cukup sarat akan wawasan pengetahuan namun sangat minim dalam penempuhan sehingga tiada layak dalam tataran penembusan yang seharusnya bisa dicapai. Ini tidak hanya membuat kami risih namun juga riskan. Apalagi bahasan spiritulitas ini tentuna akan menyerempet (melanggar ?) masalah yang bukan hanya sangat krusial namun juga sangat sensitive bukan hanya bagi para Neyya Buddhist namun juga umat agama lain termasuk (terutama?) saudara muslim kami. Disamping kami harus menjaga logika, bahasa dan etika dalam penyampaiannya tampak sangat perlu moderasi keterbukaan pengertian untuk tidak salah faham akan orientasi niatan kami dan juga sikap kritis keterjagaan penalaran anda semua jika memang ada kesalahan pandangan yang kami ajukan. Ini hanyalah kontribusi pandangan untuk memperluas pandangan kita dengan tanpa maksud sama sekali untuk meng-konversi diri sendiri ataupun orang lainnya ke suatu ajaran tertentu namun sekedar masukan wawasan untuk kembali mentriangulasikan paradigma cara pandang kita bukan hanya dalam kehidupan duniawi ini dengan segala problematika figure eksistensial kita yang multi peran namun juga demi keberlanjutan kita mensiagakan diri dengan segala keberdayaan yang diperlukan untuk menghadapi segala dilematika kemungkinan yang ada (bahkan jika itupun ternyata berbeda sama sekali dengan yang telah kita yakini dan persiapkan selama ini). Pada intinya nanti walau dalam leveling pemilahan memang perlu adanya kebaikan untuk melayakkan taraqqi yang lebih baik namun dalam labeling tidak ada yang perlu merasa direndahkan/ ditinggikan karena memang demikianlah desain keberadaan kasunyatan ini memang harusnya/nyatanya tergelar. Segalanya terlingkup sebagai aneka dvaita pelangi kenyataan dari cahaya advaita mentari kebenaran dalam living kosmos kesemestaan homeostatis tunggal yang sama … amala, avimala (prajna paramita hrdaya sutra).
Sadhguru Yasudev Quotes : Whatever you have – your skills, your love, your joy, your ingenuity, your ability to do things – please show it now. Do not try to save it for another lifetime.Apa pun yang Anda miliki - keterampilan Anda, cinta Anda, kegembiraan Anda, kecerdikan Anda, kemampuan Anda untuk melakukan sesuatu - tolong tunjukkan sekarang. Jangan mencoba menyimpannya untuk kehidupan mendatang.OKAY ...Okey, Sadhguru Yasudev, tak akan kami simpan juga untuk diri kami sendiri wawasan kosmik Parama Dhamma dalam Mandala Advaita ini dengan Formula Swadika bagi keberlanjutan kehidupan saat ini dan juga bagi kesiagaan nanti … apapun yang terjadi terjadilah. Lagipula walau agak controversial bahkan mungkin akan jadi sensitive nantinya… toh niatan kami sesungguhnya hanyalah mengajukan kemungkinan saja tanpa memaksakan ini sebagai kepercayaan yang harus diterima sebagai keyakinan dogmatis / fanatic yang membuta. Ini hanyalah thesis pada antithesis pandangan anda semula untuk mengembangkan synthesis kebijaksanaan baru kita berikutnya. Sungguh tidak ada yang harus dilekati (bahkan jikapun pandangan ini ternyata tidak hanya sesuai dengan asumsi anda bahkan memang demikian realitas kebenarannya pada segala fenomena keberadaan) dan juga tidak ada yang perlu dibenci atau ditolak (bahkan termasuk pandangan lain yang mungkin tidak hanya Dhammadipatheyya namun juga sekedar lokadipatheyya ataupun bahkan hanyalah attadipatheyya … karena setiap paradigma memiliki kebenaran dan juga “pembenaran”nya masing-masing walau tidak harus diterima dengan persetujuan namun tetap harus juga dihargai keberadaannya). Dalam mandala ini hikmah kebenaran yang sesungguhnya tinggi bisa saja lahir dari limbah kenyataan yang semula dipandang rendah. Respek yang setara (walau mungkin tidak harus sama) diberikan tidak hanya bagi pandangan Buddha Dhamma, Mistik Esoteris atau tradisi Religi bahkan addhamma sekalipun namun segalanya termasuk juga atas segala zenka keberadaan yang ada (Lokuttara Dhamma, Tao, Tuhan, Brahma /termasuk level sankhara vipassana, vedana suddhavasa, sanna anenja & Rupa Brahma Jhana 4 hingga 2 Abhasara yang tidak lagi nama sukha namun sudah rupa piti ?/ ; Wilayah kamavacara: Mara, Yama, Dewa, yakkha, Asura /iblis?, Petta/ demit?, dunia manussa, tirachana hingga niraya lokantarika dsb) karena walau mungkin dipersepsikan dalam level/label berbeda namun secara universal segalanya berada dan melengkapi posisi keseluruhan desain ini dengan indahnya sesuai porsi perannya maing-masing …. Sigma Kuanta cahaya dari Sentra yang sama. Yang secara bijak tak perlu dibela/dipuja? walau dipandang mulia apalagi secara fasik harus dicela/dihina? karena dianggap nista. So, mantapkan kebenaran tempuhlah kebijakan dan jalanilah kebajikan namun dengan tanpa melekatinya … ini mungkin makna tersirat nasehat Dhamma Desana Bhante Pannavaro untuk diperhatikan dalam penempuhan/penembusan spiritualitas yang berimbang bukan hanya holistic pada keseluruhan namun juga harmonis untuk keswadikaan diri.
Sadhguru Yasudev Quotes : Every human being should know the highest possibilities in life are, Whether they will walk the path all the way or not is up to them.Setiap manusia seharusnya mengetahui apa kemungkinan tertinggi dalam hidup. Apakah mereka akan menempuh jalan itu sepenuhnya atau tidak adalah terserah merekaSUCHNESS PHILOSOPHY = PARAMA DHARMA , MANDALA ADVAITA & FORMULA SWADIKA ?singkatnya begini ... Adalah Sentra Dhyana bak Wujud mentari keber-Ada-an yang memunculkan Parama Dharma azali corona energi (jadi inget term pandemi kemarin, ya ? ) maka tergelarlah dalam keniscayaan ketiadaan murni azali menjadi samudera sigma kuanta materi cahaya dalam segala layer dimensi wilayah mandala advaita demikianlah kesedemikianan itu tergelar sebagai desain sistem yang homeostatis interconnected equilibirium bagi setiap diri cahaya tersebut untuk beraktualisasi sesuai di dalamnya atau untuk pulang kembali dalam kemurnian azalinya dalam formula swadika yang tepat. KOK RIBET BEGINI GAMBARANNYA
Aneka Kutipan penting & Istilah Akhir Dari kutipan terakhir :https://just2share4seekers.blogspot.com/2023/06/sketsa-lampau-kutipan-3-posting.html Tiada maksud njarak atau tranyakan jika kami agak mempertanyakan mengapa posting Rekap Idea pada blog ini tidak diblokir komunitas blogger sebagaimana file sejenis lainnya ( main idea, rest idea, quo vadis ?) https://just2share4seekersall.blogspot.com/2022/12/rekap-idea-sd-11122022.html
REHAT FINAL BLOG SD 25032023/IDEA/JUST2SHARE4SEEKERS EFI 13032023 DINAS TK 2023.docx | 6957026 |
REHAT FINAL BLOG SD 25032023/IDEA/JUST2SHARE4SEEKERS EFI 13032023 DINAS TK 2023.pdf | 6865635 |
REKAP REHAT RELAX SD 07052023 REV/IDEA/TOTAL UPLOAD ARCHIVE 333 SD 06052023 OKE.docx | 3233730 |
REKAP REHAT RELAX SD 07052023 REV/IDEA/TOTAL UPLOAD ARCHIVE 333 SD 06052023 OKE.pdf | 39336500 |
file | size |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/ | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/ANEKA IDEA/YES IDEAS/ | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/ANEKA IDEA/YES IDEAS/GALAU CORONA/ | |
650873 | |
668759 | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/ANEKA IDEA/YES IDEAS/KONSIDERAN/ | |
412540 | |
797693 | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/ | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/POST/ | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/POST/MAIN IDEA/ | |
5080358 | |
3919704 | |
5014548 | |
3595961 | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/POST/NEXT IDEA/ | |
4849817 | |
4183577 | |
4774995 | |
3562725 | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/POST/QUO VADIS/ | |
8329761 | |
7992615 | |
8171386 | |
6898957 | |
1851550 | |
1388854 | |
8296052 | |
7839686 | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/POST/REST IDEA/ | |
2732090 | |
2519668 | |
2722165 | |
2304895 | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/POST/VIA SBNR SBAR/ | |
1176001 | |
1218278 | |
1177466 | |
1405827 | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/WARN/ | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/WARN/BLOG/ | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/WARN/BLOG/Kebijakan Konten Blogger OKE.docx | 27538 |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/WARN/BLOG/Kebijakan Konten Blogger OKE.pdf | 43969 |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/WARN/BLOG/Kebijakan Konten Blogger REV.docx | 26924 |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/WARN/BLOG/Kebijakan Konten Blogger REV.pdf | 43558 |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/WARN/IMG/ | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/WARN/IMG/2023-03-14_015911.jpg | 165535 |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/WARN/IMG/2023-03-14_021537.jpg | 158252 |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/NOT SEEKERS/WARN/IMG/2023-03-14_021735.jpg | 170731 |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/OKE FINALE/ | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/OKE FINALE/DHAMMA MANTRA/ | |
605106 | |
732634 | |
641903 | |
849036 | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/OKE FINALE/HALAL BI HALAL/ | |
1078952 | |
1423104 | |
1069096 | |
1357632 | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/OKE FINALE/KOMENTAR VLOG/ | |
257651 | |
840863 | |
135526 | |
669552 | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/SUDAH/OKE FINALE/POSTING AWAL/ | |
213297 | |
1296210 | |
180360 | |
1170812 | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/TERUS/ | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/TERUS/BLOG/ | |
1451996 | |
3614667 | |
51851 | |
204221 | |
602203 | |
520637 | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/TERUS/DINAS/ | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/TERUS/DINAS/33 TOPIK Pelatihan Mandiri UPDATE 06052023.docx | 5481898 |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/TERUS/DINAS/33 TOPIK Pelatihan Mandiri UPDATE 06052023.pdf | 431686 |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/TERUS/ISLAMI/ | |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/TERUS/ISLAMI/HADITS ARBAIN 40 42 SD 50.docx | 110197 |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/TERUS/ISLAMI/HADITS ARBAIN 40 42 SD 50.pdf | 1025557 |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/TERUS/ISLAMI/KATAMAN QURAN REVISEDKU.doc | 25559552 |
REKAP REHAT RELAX SD 06052023 OKE/IDEA/TERUS/ISLAMI/KATAMAN QURAN REVISEDKU.pdf | 28661676 |
REKAP REHAT RELAX SD 07052023 REV/IDEA/33 TOPIK Pelatihan Mandiri UPDATE 17042023.docx | 6264884 |
REKAP REHAT RELAX SD 07052023 REV/IDEA/33 TOPIK Pelatihan Mandiri UPDATE 17042023.pdf | 842663 |
REKAP PMM TK SD 19032023 OKE/24 TOPIK/MBUH/ | |
223487 | |
308893 |
120525 | |
525651 |
atau vlog filsafat populer ( Fahrudin Faiz - MJS UIN) ... baru tahu vlog bagus ini dua minggu yang lalu (padahal sudah 10 tahun yang lalu eksis ... ke planet mana saja saya selama ini, hehehe ... padahal ini juga bisa untuk referensi dulu harusnya). Jangan paranoid curigaan, lho. Tiada maksud dakwah konversi dikarenakan kami Muslim. Vlog ini 'walau' memang islami namun moderat universal, bro. Masih terus download dan simak masukan, nih.
RELAX 21052023/DATA/LINK NGAJI FILSAFAT 387 MJS 21042013 SD 30032023.pdf | 600830 |
RELAX 21052023/DATA/LINK NGAJI FILSAFAT 387 MJS 21042013 SD 30032023.xlsx | 121064 |
Sadhguru Yasudev Quotes : Every human being should know the highest possibilities in life are, Whether they will walk the path all the way or not is up to them.Setiap manusia seharusnya mengetahui apa kemungkinan tertinggi dalam hidup. Apakah mereka akan menempuh jalan itu sepenuhnya atau tidak adalah terserah merekaBaiklah digenapi satu bulan sekalian saja (mungkin kelupaan belum diblok ?) ... tuntaskan tugas dulu, sambil simak tayangan vlog & blog lainnya.RELAX , REKAP & REHAT DULU
MASIH ADA ? ( sudah genap satu bulan tidak diblok ... Nekat juga ... baiklah lanjutkan )https://just2share4seekersall.blogspot.com/2023/05/why-not.html JUST2SHARE4SEEKERS Senin, 15 Mei 2023 WHY (NOT) ?Sudah melewati sebulan (bahkan hampir satu minggu lebihnya, bro). Well, tanpa niatan mengkhianati amanah atas komitmen janji semula namun sungguh masih repot / ribet nih ... masih tuntaskan tugas eksternal plus tunggu tayangan video pak Hans ELA + pak Faiz MJS akhir minggu ini (untuk slides) & file Pure Dhamma terkini lagi. Liburan minggu depan semoga bisa, nggih ? Sementara ini dulu via Google Drive ... kalau sudah lengkap nanti via Archive.Org seperti biasanya ... plus posting. Capek & mbulet gaya induktif bidan socrates ... so, nanti kita coba deduktif langsungan saja walau riskan juga namun untuk mempermudah dioperasi caesar saja bayi pandangan tersebut (susah harus mengingat/ mencari pijakan referensi autentik akuratnya, sih ...). Namun tampaknya banyak tayangan yang arahnya ke sana juga ... jadi nggak ewuh lagi sekarang. Well, walau mungkin bungkam memang aman & nyaman tidak perlu menyusahkan diri sendiri saat ini namun bisa jadi justru akan membiarkan rusak kecenderungan keseluruhannya termasuk bagi kelanjutan diri dan lainnya nanti (bukan hanya paska pralaya kematian individual namun bisa jadi yang lebih besar dari itu semua ... jika inferensi pandangan ini benar. Walau mungkin tidak mudah difahami dan susah dijalani toh kita nantinya harus arif menerima jika itu terjadi .... jadi, ya ... Amor Dei, Amor Fati ..... Que sera sera - Pantha Rei ). Kok jadi lebai serius amat sih ... segalanya memang harus tetap mengalir begini dalam peniscayaan kesedemikianannya (baik terungkap maupun tidak .... tanpa peduli diterima atau ditolak ... tanpa masalah dijalankan atau diabaikan). Well, Semoga nantinya saya bisa tidak asal ngomong namun bisa ngemong tanpa harus mencela ide / ego lainnya untuk dianggap/menganggap mulia .... tanpa berlagak seakan berlabel demikian yang justru akan menjadikan diri terniscayakan nista adanya dalam hakekat di saat ini dan dampak lanjutnya nanti . Bukan dalam busa ego seakan uebermensch , rausyan fikr, atau aneka label megah lainnya ... namun hanya sebagai sesama air belaka di semesta materi keberadaan, dalam samudera energi keilahian dan bahkan esensi kesunyataan yang sama ... (tetap berusaha) tanpa buih untuk sekedar berbagi.... tanpa niatan menjaring hati, membentuk opini dan mencari legitimasi untuk menghibur diri, mencari kuasa dan saling menyesatkan (seakan mencerahkan?) diri dan lainnya. Meminjam terma tokoh agama Abrahamik tanpa merasa semulia Musa yang walau tetap harus dalam kelembutan menghadapi Firaun (QS 20 : 44 = khotib ulama vs Al Makmun , Cak Nun vs Jokowi ?, etc) karena ini lebih seperti Yunus yang merasa tidak pantas (karena level diri atau zhon lainnya ?) namun tetap merasa perlu bicara sekedar menuntaskan amanah dan menghindarkan diri dan lainnya dari bencana yang mungkin akan namun tidak perlu terjadi dan untuk kebaikan yang mungkin perlu dijalani dan mampu dicapai. Ah ... kok jadi ikutan berlagak sebagai/ seperti lainnya ... Just Be yourself (Cukup jadi dirimu sendiri saja ... seburuk / serendah apapun itu karena memang hanya itu saja yang nyata autentik untuk diarahkan peniscayaan kelayakan nantinya). Dan ini bukan manuver politik lho (pemilu 2024 ? ... apa perlu golput lagi agar tiada yang berghibah & memfitnah lagi (inget dampak lanjut, bro ... vires (pandemi) atau cures (musnah) mauNya ... agar bisa ndemit bersama di alam barzah hingga qiyamah? tidak masalah .. bahkan maaf, kalaupun kami memang ternyata mampu berbelok diitikungan, Ashin ... itu tidak akan kami lakukan karena kami merasa perlu bahkan patut untuk singgah ke sana juga bahkan hingga apaya lokantarika bersama para badut kosmik lainnya paska mahapralaya wilayah pecandu sensasi kebahagiaan eksternal kamavacara tanpa balance keberdayaan internal brahmanda apalagi tiada keterjagaan azaliah esensial lokuttara hingga bentukan mandala semesta baru untuk romantika pagelaran kisah kasih nama rupa baru di sini atau di lokadhatu lainnya ? )keceplosan lagi ? ah .... biar saja. Kalau diblok lagi kan ada alasan untuk kembali bungkam ?playlist LINK CAESAR PLUS CAESAR plus antitesisnya juga, ya (sebagai penyeimbang, pengujian dan pengutuhannya)Agung Webe sepertinya adalah rekan seeker kami puluhan tahun yang lalu (paska reformasi pra menikah) yang sehari bersama ke Anand Ashram dan bersama adik pernah bermalam di rumahnya /pramugara MNA dari Bekasi? ..... Atau mungkin ini orang yang beda. / .... Well, By the way ... kami cukup tanggap akan ketulusan niatan baik dibalik rhetorika provokatif dalam memerankan dirinya sebagai gadfly ala Socrates atau Osho saat ini karena memang susah membangunkan kita yang masih tertidur dan lelap bermimpi ? /jadi inget istri yang terpaksa harus keras 'bernyanyi' bangunkan suami & putera-puterinya yang semuanya hobi suka begadang dan baru ambruk tertidur larut malam /menjelang pagi hingga selalu bangun kesiangan./ hehehe... nggak semuanya lelap tertidur, bro ... bahkan ada yang sudah terjaga untuk kemudian juga menumbuh-kembangkan kefahaman/ kesadaran / kelayakan dirinya walau memang kebanyakan masih seperti kami ... masih kacau kewalahan, galau kelayapan dan sakau bermalasan ditengah kerepotan eksternal/ keribetan internal dari episode keabadian yang bernama kehidupan hingga kematian nanti (?). .... Hanya berlibur, terhibur dan dikubur sebagai manusia saja ? Harusnya tidak. Link Data Google Drive REKAP SD 22062023Wah ... macet (offline ?) ... kelamaan, nih ... apa di Archive sekalian saja, ya ?wah ... kok katut terbawa file titip pribadi .... belum dicheck, sih. Ganti ini saja.Well... walau agak terlambat .... minimal janji walau memang belum tuntas memadai namun sudah mulai tergenapi... sementara ini dulu, ya ?
Apa yang harus/ perlu (boleh?) diungkapkan, cara (framework paradigma, style format, etc), sasaran audience (hanya SBNR atau juga SBAR?) ... Corat coret dulu saja sambil rekap data idea yang sudah ada (Google Drive dulu baru Archive .Org jika sudah pasti, lengkap dan memadai ?) Update periodik / check & recheck/REKAP SD 24062023SUCHNESS PHILOSOPHY = PARAMA DHARMA , MANDALA ADVAITA & FORMULA SWADIKA ?singkatnya begini ... Adalah Sentra Dhyana bak Wujud mentari keber-Ada-an yang memunculkan Parama Dharma azali corona energi (jadi inget term pandemi kemarin, ya ? ) maka tergelarlah dalam keniscayaan ketiadaan murni azali menjadi samudera sigma kuanta materi cahaya dalam segala layer dimensi wilayah mandala advaita demikianlah kesedemikianan itu tergelar sebagai desain sistem yang homeostatis interconnected equilibirium bagi setiap diri cahaya tersebut untuk beraktualisasi sesuai di dalamnya atau untuk pulang kembali dalam kemurnian azalinya dalam formula swadika yang tepat. KOK RIBET BEGINI GAMBARANNYA
CAPEK BERALIH ANTAR AKUN ..... KE AKUN INDUK SAJA (REKAP & POSTING)
KUTIPAN : https://share4seekers.blogspot.com/2023/06/coba-sketsa-mozaik-lagi.html
MASIH NEKAT ... (dasar mental petaruh ... sudah tahu pasti dikalahkan & disalahkan tetap maju terus, hehehe) . Di akun induk saja, capek & ribet bolak balik alih 7 akun. Berbagi (sebagai media kosmik) walau tanpa niatan menguntungkan sama sekali bahkan sesungguhnya malah menyusahkan diri pribadi saja sebenarnya tidak akan rugi demi peniscayaan inner growth di dalam walau mungkin tidak dipuji (aleman/ anggepan amat, bro) bahkan bisa saja malah dimaki lainnya (semoga tidak terlalu tranyakan kulak perkoro) , hehehe.
https://just2share4seeker.blogspot.com/2023/06/mozaik-sketsa.html
Apa yang harus / perlu (boleh?) diungkapkan, cara (framework paradigma, style format, etc), sasaran audience (hanya SBNR atau juga SBAR?) ... Corat coret dulu saja sambil rekap data idea yang sudah ada (Google Drive dulu baru Archive .Org jika sudah pasti, lengkap dan memadai ?) Update periodik / check & recheck/
REKAP SD 24062023 https://drive.google.com/drive/folders/1hirldKsPvYSC_dyQwezZ0tiBJyteXxLQ?usp=sharingGANTI = REKAP SD 28062023
MASIH NEKAT ... (dasar mental petaruh ... sudah tahu pasti dikalahkan & disalahkan tetap maju terus, hehehe) . Di akun induk saja, capek & ribet bolak balik alih 7 akun. Berbagi (sebagai media kosmik) walau tanpa niatan menguntungkan sama sekali bahkan sesungguhnya malah menyusahkan diri pribadi saja sebenarnya tidak akan rugi demi peniscayaan inner growth di dalam walau mungkin tidak dipuji (aleman/ anggepan amat, bro) bahkan bisa saja malah dimaki lainnya (semoga tidak terlalu tranyakan kulak perkoro) , hehehe.
https://just2share4seeker.blogspot.com/2023/06/mozaik-sketsa.html
Apa yang harus / perlu (boleh?) diungkapkan, cara (framework paradigma, style format, etc), sasaran audience (hanya SBNR atau juga SBAR?) ... Corat coret dulu saja sambil rekap data idea yang sudah ada (Google Drive dulu baru Archive .Org jika sudah pasti, lengkap dan memadai ?) Update periodik / check & recheck/
kutipan lainnya :
TANAZUL TARAQQI Plus: hipotesa teoritis 3 (tiga) fase (Mandala Tiada Samsara - Mandala dengan Samsara - Mandala Tanpa Samsara).. .... mungkin tepatnya state keberadaan. (apalagi tidak hanya laten deitas personal samsarik) . Dari secret data lama kami (maaf ... dulu memang lebai masih naif & liar .... sekarang ? makin parah & payah, hehehe ) Gnosis Publik p.7
Dhyana Dharma Keberadaan :Fase 1 : Fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purwaning Dumadi ( Dhyana ® Swadika ! )Fase 2 : fase peng’ada’an. KeEsaan karena Tuhan. sangkaning Dumadi ( Dharma ® Kehendak Ilahi )Fase 3 : fase keberadaan Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )Dharma Dhyana Keberadaan :Fase 3 : fase keberadaan Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )Fase 4 : fase peniadaan. Keesaan kembali ke Tuhan. paraning Dumadi ( Taraqqi ®Mandala Keberadaan )Fase 5 : fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purnaning Dumadi ( Dhyana ® Pralaya ? )Well, ini hipotesa teoritis dari 3 (tiga) fase (Mandala Tiada Samsara - Mandala dengan Samsara - Mandala Tanpa Samsara). 1.Mandala Tiada Samsara, ( Fase hanya Dhyana > Dhamma ) Transenden = Transendental - Universal - Eksistensial (Esa - yang ada hanya Dia Sentra Yang Esa ) 2. Mandala Dengan Samsara, (Fase dalam Dhamma < Dhyana )Transenden = Transendental , Universal , Eksistensial (Segalanya ada karena Dia Sentra Yang Esa) Tanazul Genesis = emanasi , kreasi , ekspansi ? 2.1. Awal : Mandala Pra Samsara Transendental : keterjagaan esensi / zen ? Nibbana Universal : keterlelapan energi / nama Brahma : arupa & rupa , Eksistensial : kebermimpian etheric / rupa Kamavacara : dunia - surga & apaya 2.2.. Kini : Samsara Pra Pralaya Dunia : sd pralaya Svarga : sd pralaya (paska dunia ) - Apaya : sd pralaya ( lokantarika ?) - Brahma : sd pralaya ( abhasara etc Nibbana : sd advaita ? 2.3. Nanti : Samsara Paska Pralaya (versi Buddhism ? ) Lokantarika : residu rupa paska terkena pralaya : dunia - apaya - svarga - hingga rupa brahma Jhana 1 sd 3 (mengapa ?)Brahmanda : restan nama tidak terkena pralaya : Sudhavasa + Anenja /& Rupa Brahma : Jhana 4 untuk kemudian 3 - 2 ( abhasara ) Lokuttrara : bebas dari samsara & pralayanya : Asekha nibbana ( eksistensial ? + universal & transendental-nya) What's next ? - Siklus fase ke 2 Mandala Dalam Samsara berlanjut lagi (Kisah kasih nama rupa Brahmanda Lokantarika bersemi kembali sebagaimana biasanya ? ... kecualilokuttara & suddhavasa harusnya plus vehapala yang masih mantap & anenja yang masih terlelap juga ..... Asaññasatta ?) - atau... kembali ke fase 1 (kemanunggalan azali karena pencerahan keseluruhan/& keterjagaan Dia Sentra Yang Esa) - atau haruskah ada fase 3 (kemusnahan total karena kekacauan keseluruhan & kebinasaan Dia Sentra Yang Esa ) 3. Mandala Tanpa Samsara (Fase tanpa Dhamma - tiada Dhyana ) tiada Eksistensial - Universal - Transendental (Segalanya tiada tanpa Dia Sentra Yang Esa ) Adakah Sentra dengan sigma & zenka lain ? Maha Sentra Utama ? dst dsb dll
Tanpa Tuhan, tidak ada segalanya. Karena Tuhan, bisa ada segalanya. (wajibul & mumkimul Wujud ) Tao adalah Tao – jika kau bisa menggambarkannya itu pasti bukan Tao Laisa kamitsilihi syai'un Masihkah kita (diri yang hanya personal immanen) ingin (tepatnya: layak) bersaing untuk menyamai, menjadi bahkan melampaui Tuhan (Hyang juga Impersonal Transenden) ? hantu abadi atau tuhan abadi, Taoist ?
2) WISDOM = Kemantapan metanoia (K) : prolog : kearifan ?(kemajemukan pendapat; keberagaman pandangan ; keterbatasan kemampuan) 1) Khilafiyah Theologi : kemustahilan membatasi Tuhan ? → kecerahan paradigma diantara Rimba Pendapat (keIlahian ; keberadaaan; ketentuan) 2) Problema Theodice : kemustahilan membela Tuhan?® kebijakan metanoia diantara faham pandangan (fanatisme/mistisme ; atheisme/vitalisme ; agnostisme /heuretisme) 3) Masalah Theosofi: kemustahilan mencintai Tuhan ?®kebijakan apologia diantara ragam kenyataan (kegaiban Tuhan ; penderitaan/kezaliman ; ananiyah/nafsiyah) epilog : keimanan ?ketentuan awal > kepastian final → aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian
1. Menghadapi Keabadian : Swadika, Talenta, Visekha Swadika : Talenta, : Visekha: 2. Menghadapi Kehidupan : kecakapan, kemapanan, kewajaran kecakapan : kemapanan, : kewajaran : 3. Menghadapi Kematian : Racut , Bardo , Alam Racut : Bardo : Alam :
Dalam kesedemikian perlu keberdayaan dengan keselarasan dalam keseluruhan untuk meniscayakan keberadaan
Aneka Kutipan penting & Istilah Akhir Dari kutipan terakhir :https://just2share4seekers.blogspot.com/2023/06/sketsa-lampau-kutipan-3-posting.html Tiada maksud njarak atau tranyakan jika kami agak mempertanyakan mengapa posting Rekap Idea pada blog ini tidak diblokir komunitas blogger sebagaimana file sejenis lainnya ( main idea, rest idea, quo vadis ?) https://just2share4seekersall.blogspot.com/2022/12/rekap-idea-sd-11122022.html Kalau diblokir lagi .... ya, nggak usah 'kulak perkoro' ... wasalam saja. Well ... tampaknya kami harus peka & tanggap , nih ... Terima kasih, mungkin memang posting tersebut memang tidak tepat untuk audiens, waktu & tempatnya. Namun setidaknya kami sudah menuntaskan janji kami sejak awal pandemi lalu (Sebagaimana kami tidak mengharapkan piutang kosmik semoga saja juga tiada hutang karmik .... walau pastinya akan terniscayakan juga ?) . Well, mohon maaf atas kesalahan tsb & terima kasih atas perhatiannya. Saatnya rehat, rekap & relax. Begitu banyak yang masih harus diselesaikan ... semoga tetap bisa bertahan dan berjalan hingga akhir bukan hanya melaluinya namun juga melampauinya. Kalau tidak diblokir ... berarti memang boleh diteruskan. Seeker SBNR (juga SBAR?) tampaknya nunggu sharing idea lanjutannya, sudah kami perkirakan sebelumnya ... Bisa jadi ini akan menjadi gelombang liar pengertian yang akan memporak-porandakan kemapanan lautan yang tenang ... hening dalam kesemuan, mapan dalam ketidak-mengertian bahkan kokoh dengan bangunan kepalsuannya. Walau memang terlihat 'mbulet' untuk harus tahu diri,tahu malu dan tahu sila dalam semesta kebersamaan. Well, harusnya anda sudah dapat mensintesakan sendiri (melahirkan paradigma kebijaksanaan self gnosis wisdom exodus baru ) berdasarkan pancingan antitesa masukan kami atas thesis pandangan anda semula.)
Hidup adalah pilihan. Sebagai seeker kami memang memilih pandangan panentheistic ini untuk menjaga arah pandangan yang relative lebih benar, bijak & bajik dalam keseluruhan untuk senantiasa true, humble & responsible selaras dengan realitas kenyataan yang terjadi. prinsip keesaan = memandang kesedemikianan dalam keseluruhan kedewasaan pencerahan untuk menerima kenyataan, mengasihi kesedemikianan & melampaui keseluruhan. mata orang hanya melihat apa yang ingin dilihatnya tapi foto bisa merekam keseluruhan dari suatu tempat di waktu yang sama trigger drakor not musics, seeker ?
Be Realistcs to Realize the Real .....Untuk kesekian kalinya, apapun yang terjadi, mencintai kebenaran adalah kemutlakan (bukan pilihan … karena jikapun tiada keselarasan dalam menyesuaikannya sebagaimana harusnya maka dengan keterpaksaan toh kita akan tetap menerima keniscayaan akan dampak karmic & effek kosmik nya). Tidak perduli apakah nanti akan ada kemanunggalan dalam pencerahan ataupun kemusnahan untuk keseluruhan, tetaplah konsisten dalam transformasi spiritualitas yang harmonis autentik & sinergis atas kesemestaan baik eksistensial (diri pribadi), universal (alam kehidupan bersama) dan transcendental (sentra keberadaan segalanya).Disamping kemantapan eksistensial dalam peran duniawi saat ini (citra persona biasa saja, smart skill bisa juga, asset hidup cukup) ; jangan lupa (ini justru yang utama) siagakan untuk kelanjutan perjalanan kehidupan nantinya (level swadika keariyaan , bakat talenta kecakapan & hisab visekha kelayakan ). Sedangkan, untuk kenyamanan keseluruhannya : berempati (pada dasarnya semuanya sama saja ... laten deitas dari Sentra sejati yang sama hanya beda label & level pada dimensi mandala pada saat ini . Well, orang lain / makhluk lain adalah sebagaimana diri kita sendiri namun saat ini berada dalam peran yang berbeda .... walau respek dalam metta atas casing 'dagelan' nama rupa masing-masing memang tetap perlu diperhatikan sesuai skenario kehidupan yang berlangsung ... tidak anggep 'arogan" & norak tranyakan ), menjaga harmoni dan bersinergi dalam kebersamaan & kesemestaan ini.
Selain sesumgguhnya memang tanpa perlu lobha kemelekatan & dosa kebencian pada apapun/ siapapun juga .. yang perlu dihindari lagi adalah adalah moha kebodohan beraku pembandingan diri mana kesombongan atas kesetaraan segalanya
Mungkin ada yang bertanya dalam hati, ya ? apa kaitannya sampah game juga komik dimasukkan … bukankah hikmah spiritualitas lebih bermanfaat dan mendesak untuk diajukan. (ini sungguh tidak mencerahkan bahkan bisa saja justru menyesatkan ?).Ya … inilah seninya spiritualitas universal untuk mampu melampaui tanpa harus menjauhi. Kehidupan ini juga bisa dipandang sebagai permainan keabadian yang sering menjebak dan menyekap kita dengan keasyikannya. Saya sering tersenyum geli kekonyolan masa lalu atas kepenasaran bermain game dan menuntaskannya demi sensasi kepuasan dan fantasi keakuan yang sebetulnya naïf, liar bahkan semu …. Waktu, tenaga ,fikiran terbuang percuma demi mendapatkan kebahagiaan dan kebanggaan tersebut … walau ada keberdayaan tapi sesungguhnya ada juga keterpedayaannya. Cheat Engine akhirnya terpaksa saya gunakan untuk mementahkan obsesi naïf dan ambisi liar tersebut … bisa menang (walau memang jujur saja dengan cara curang ?) namun setelah itu menjadi hambar untuk kembali memainkan game yang sudah bisa ‘diatasi’ tsb … dan kecanduan bermain game tersebut hilang memudar dan ketagihan mencoba game lain berkurang atau bahkan tidak kepikiran juga .Lalu bagaimana dengan reupload komik anak-anak seperti Kenji dan Chimni-Kungfu Boy ?Cobalah untuk tidak merendahkan sesuatu demi meninggikan lainnya (ide atau bahkan ego diri) Untuk beranjak dari eksistensial menjadi transcendental kita harus bersikap universal. (Universalisasi diri sesungguhnya kunci gerbang pertama dan utama spiritualitas transenden) Fahamilah trick rasionalisasi pembenaran / irrasionalitas perendahan yang walau terkadang diakui sebagai kecakapan yang mengagumkan dan menguntungkan bagi sebagian besar kita dalam komunitas kebersamaan namun sesungguhnya dalam pandangan Saddhamma – Dhamma Sejati itu adalah upaya pembodohan yang sangat parah bahkan kebodohan yang amat payah … ingatlah tidak hanya ucapan yang diungkapkan dan tindakan yang dilakukan bahkan konten perasaan dan fikiran kita akan berdampak juga pada keberlanjutan diri kita nantinya apalagi jika harus ditambahi dengan beban tambahan karena penderitaan dan penyesatan atas lainnya… keburukan dan kebaikan walau tidak selalu instan ataupun identik potentially akan berbalik juga ke sumbernya siapapun kita (orang biasa atau tokoh terkemuka , tidak hanya manusia namun juga semuanya termasuk brahma, mara, dewata, asura apapun identifikasi yang kita anggapkan bagi diri sendiri atau pengakuan yang kita harapkan dari lainnya). Dalam posting Sita Hasitupada … apakah anda mengira Buddha Gautama tersenyum karena dia bangga akan telah tercapainya kebebasan pencerahannya dan memandang rendah mereka yang masih belum terjaga bahkan lelap bermimpi dalam keterbatasan panna kebijaksanaannya? Kami memandangnya tidak demikian… Dia tidak mungkin transendental mencapai nibbana jika masih ada naifnya keakuan untuk berbangga menyombongkan diri atas lainnya apalagi karena merasa bahagia atas derita makhluk lain yang belum terjaga (malah level eksistensial tidak universal?). Itu adalah senyum murni kearifan sakshin (istilah mistik “penyaksi”?) atas kesedemikianan Realitas Dhamma atas fenomena dhamma yang internal/eksternal – individual/universal – eksistensial/transcendental. Dalam Prajna Paramita Hrdaya Sutra (Mahayana ?) Buddha Avalokitesvara memandang segalanya walau memang beda namun setara tanpa perlu memperbandingkan dualitas pembeda (amala – avimala … suci – tidak suci). Desain advaita memang sedemikian adanya tanpa perlu mana kesombongan identifikasi semu pengakuan diri apalagi autorisasi untuk memanipulasi lainnya sehingga .universalisasi kasih eksistensialitas ‘diri’ para Ariya itu kiriya non karmik .. murni apa adanya sebagai aktualisasi kewajaran (karena memang keterjagaannya) tidak lagi sekedar pelayakan kesadaran (karena perlu keterarahannya) apalagi deficiency pencitraan (karena demi kepamrihannya).
Lagipula komik Chimni dan Kenji walau bersetting martial art sama sekali tidak mengajarkan kita untuk menjadi berandalan tengik yang tranyakan memamerkan kenakalan untuk mencari perhatian atau memaksakan keinginan atas lainnya dengan kemampuan yang dimilikinya. Chimni mengisahkan kecerdasan dan ketaktisan seorang pemberdaya autodidak mengatasi permasalahan yang dihadapinya dengan segala keterbatasan yang dimilikinya. Kenji disamping memberikan referensi aneka teknik martial art juga filosofi yang menarik terutama di akhir kisahnya…
Edwin Arnold : Orang yang tidak mengejar apa-apa akan mendapatkan segalanya. Dan ketika ia membuang ego, alam semesta itulah yang menjadi egonya.
A man said to the Buddha, “I want Happiness.” Buddha said, first remove “I”, that’s ego, then remove “want”, that’s desire. See now you are left with only Happiness. Seorang pria berkata kepada Buddha, "Saya menginginkan Kebahagiaan." Buddha berkata, pertama hapus "aku", itu ego, (atta ?) lalu hapus "menginginkan", itu keinginan. ( tanha?) Lihat sekarang Anda hanya tersisa dengan Kebahagiaan.
Pandangan paramatha ini mungkin terasa sangat filosofis( tidak praktis /positivist ?) Being Nobody for in deserving (but and transcending!) everything Menjadi impersonal (tak seorangpun/ bukan siapa-siapa) dalam untuk melayakan (dan melampaui) segalanya Daripada Being somebody for having (but attaching?) something Menjadi personal (seseorang ) untuk memiliki (tetapi melekat) pada sesuatu Mungkin harus diganti preposisi for dengan in.(dikarenakan ini adalah keberadaan meditatif bukan tindakan reflektif ) Namun esensinya adalah jangan terlalu mengumbar keakuan juga keinginan untuk menjadi berdaya dan bahagia. Kebahagiaan tidak identik dengan berlimpahnya perolehan tetapi juga terutama mensyukuri penerimaan. Kesejahteraan akan positif jika disikapi dengan santuti kecukupan dan saling berbagi namun negative jika malah menjadikan tamak serakah bahkan kikir . Demikian juga keberdayaan tidak identik dengan pencapaian keberdayaan saja tetapi juga dibarengi dengan pencerahan kebijaksanaan juga.
Kontribusi Data Thesis juga tidak kami maksudkan untuk pamer … itu dimaksudkan memberikan masukan bagi para mahasiswa paska bukan hanya bagi berhasilnya penuntasan tugas akademis mereka, namun juga perlu dikembangkan juga kecakapan akademis (“kelihaian” pakar?) dalam mengeksposisi (“mengeksploitasi”) data dan idea… sentra kami sesungguhnya bukan hanya pada kemasan naskah namun dari kreasi multi-link preview formula excel yang terpaksa harus dibuat (diruwat?) demi sinkronisasi data statistic (setelah sekian banyak trial-error dan mencoba masukan lain saya baru bisa membuatnya sekitar tiga bulanan …. walau cukup akurat namun harus kami akui masih belum memadai kesempurnaan pola data rendering-nya. Seandainya saja anda merasakan kesulitan para mahasiswa yang kurang flexible dalam pendekatan interactive personal dengan autoritas kampus & dosen pembimbing. Untuk menjadi pakar .. maaf (terpaksa buka kartu juga nih) …kita perlu bisa nguntul (mengikuti – skripsi deskriptif S1) ngentul (menyesuaikan – thesis kuantitatif S2) dan ngentel (mengajukan – disertasi kualitatif S3 ?) karya ilmiah yang diperlukan berdasarkan eksposisi data dan argumentasi idea yang terpilih. Tiada maksud kami untuk mencela … karena sesungguhnya senantiasa ada hikmah yang positif yang diberikan dari hibrah yang negative sekalipun … Melalui media pembelajatan/pemberdayaan tersebut, bukan hanya IQ (kepandaian intelektual) yang berkembang namun juga EQ (keluwesan emosional) menjadi tumbuh dan AQ (Adversity Quotient – ketegaran psikologis untuk tahan banting tidak mengenal menyerah dalam menghadapi dan mengatasi masalah) semakin terasah. Kecakapan on process by product ini akhirnya juga sangat membantu dalam tugas professional kedinasan dan aktualisasi kemasyarakatan (formula Excel) untuk Pemilu,dsb. link : Thesis link : Excel
Bagaimana dengan input masukan agama Islam? Apa ada yang salah dengan hal itu ? kami memang lahir dan hadir dibesarkan dalam lingkungan keluarga muslim dan sayapun walau mungkin dipandang moderat (?) tetap setia hingga akhir pada tradisi agama keluarga saya. Well… saya sudah berjanji pada Almarhum kedua orang tua saya dalam kehidupan mereka dan setelah kewafatan merekapun … merpati tidak akan ingkar janji. Akan banyak disharmoni eksistensial yang malah akan sangat kontraproduktif jika saya melanggar komitmen personal ini (keluarga, masyarakat, dsb) . Jadi … walaupun saya tetap menghargai masukan lainnya namun saya tetap berada disini … sebagai seeker saya bukannya tidak faham ajaran atau sadar dampak lanjut namun inilah komitmen yang harus saya buat (dengan tanpa maksud meng-konversi yang lain untuk perlu masuk atau kembali lagi karena senantiasa ada plus minus dari ketetapan/kesesuaian yang telah kita terima/buat … walau memang levelling bukan labelling yang diperhatikan oleh Sentra Dhamma ini). Ada maksud (hutang karmic) yang harus saya terima dan jalani pada setiap episode perjalanan keabadian ini termasuk juga dalam kehidupan saat ini. Oh, ya … sampai lupa ditengah pandemic Corona inipun sebagaimana lainnya (waisak Buddhist, paskah Kristiani dsb) kegiatan ibadah Ramadhan para muslimpun menjadi terbatasi juga. Kebijakan social distancing untuk menjaga bukan hanya diri sendiri namun juga lainnya. Bekerja, belajar bahkan beribadah di rumah saja tampaknya perlu juga dihargai (walau terkadang kami juga sering nekat demi kepantasan social eksistensial yang memang perlu dijalani). Ini tambahan data untuk agama Islam. untuk Ied dsb coba googling YouTube misal : Sholat Idul Fitri 1436 H (17-07-2015) Masjid Istiqlal Jakarta Imamnya dari Masjid Istiqlal KH Sinaga … kualitasnya professional tidak amatiran (‘pocokan’) seperti kami, bro. Harusnya memang demikian melantunkan surat Alqur’an (tidak sekedar mengikuti makna tapi harus juga selaras iramanya lebih mengena tumakninah kekhusyuan nuansa religiusnya …. Nafas harus panjang … perokok berat seperti saya susah tidak akan sampai apalagi tidak punya seni qiroat yang baik… puasa saja ibadahnya banyak pasif tidur daripada aktif beramal, bro… ketahuan lemahnya pecandu, kan … rokok dan kopi mungkin memang tidak mengurangi/melemahkan kesadaran bahkan bisa jadi malah menguatkan konsentrasi penalaran … tapi setiap doping adalah semu dan terhabituasi factor eksternal jangankan untuk penembusan spiritual yang autentik untuk penempuhan eksistensial yang holistic saja susah …. Dalam segala hal keswadikaan – kedewasaan eksternal & kewasesaan internal - memang factor penentu segalanya … kemampuan untuk mandiri tanpa manja/’aleman’ tergantung perhatian/bantuan/dukungan eksternal dan juga tidak mudah sakau, galau dan kacau karena mudahnya terganggu zazen focus keterpaduan keberimbangan diri dalam kebijaksanaan secara internal ). Wah … tampaknya “ngecap” kami semakin melebar dan meluas nih. Nggak ngira akan jadi sejauh dan sedalam ini. Rencana semula sih ingin segera mengakhiri posting awal kami … selama ini (dari Blog 1 tahun 2014 posting informatika tentang managemen file Ghost , beraneka ragam file postingan dan kemudian kami tutup dengan postingan informatika tentang Ghost All MB). Namun tampaknya sudah terlanjur / kepalang basah …. Agaknya harus buka kartu lebih banyak lagi juga nih. Apalagi akhir pekan ini Reupload kembali dengan specs hardware rendah dan bandwidth wifi lemah di rumah (wah, akan jadi hari-hari yang semakin panjang nih … dan akhirnya memang terjadi juga demikian … selama 3 /tiga/ hari di rumah sisa 7/ tujuh/ file besar Ghost @ 100 mb belum satupun bisa terupload). Baiklah jika memang harus demikian. Disela akhir Ramadhan di tengah masih social distancing pandemic Corona kontribusi pandangan akan juga kami tuntaskan … mungkin saja seumur kehidupan (dan bahkan sepanjang keabadian perjalanan spiritualitas kita) bisa jadi ini kesempatan satu-satunya bagi kita untuk saling berbagi tema ini. Dalam mandala ini hikmah kebenaran yang sesungguhnya tinggi bisa saja lahir dari limbah kenyataan yang semula dipandang rendah. Respek yang setara (walau mungkin tidak harus sama) diberikan tidak hanya bagi pandangan Buddha Dhamma, Mistik Esoteris atau tradisi Religi bahkan addhamma sekalipun namun segalanya termasuk juga atas segala zenka keberadaan yang ada (Lokuttara Dhamma, Tao, Tuhan, Brahma /termasuk level sankhara vipassana, vedana suddhavasa, sanna anenja & Rupa Brahma Jhana 4 hingga 2 Abhasara yang tidak lagi nama sukha namun sudah rupa piti ?/ ; Wilayah kamavacara: Mara, Yama, Dewa, yakkha, Asura /iblis?, Petta/ demit?, dunia manussa, tirachana hingga niraya lokantarika dsb) karena walau mungkin dipersepsikan dalam level/label berbeda namun secara universal segalanya berada dan melengkapi posisi keseluruhan desain ini dengan indahnya sesuai porsi perannya maing-masing …. Sigma Kuanta cahaya dari Sentra yang sama. Yang secara bijak tak perlu dibela/dipuja? walau dipandang mulia apalagi secara fasik harus dicela/dihina? karena dianggap nista. So, mantapkan kebenaran tempuhlah kebijakan dan jalanilah kebajikan namun dengan tanpa melekatinya … ini mungkin makna tersirat nasehat Dhamma Desana Bhante Pannavaro untuk diperhatikan dalam penempuhan/penembusan spiritualitas yang berimbang bukan hanya holistic pada keseluruhan namun juga harmonis untuk keswadikaan diri. Okey, Sadhguru Yasudev, tak akan kami simpan juga untuk diri kami sendiri wawasan kosmik Parama Dhamma dalam Mandala Advaita ini dengan Formula Swadika bagi keberlanjutan kehidupan saat ini dan juga bagi kesiagaan nanti … apapun yang terjadi terjadilah. Lagipula walau agak controversial bahkan mungkin akan jadi sensitive nantinya… toh niatan kami sesungguhnya hanyalah mengajukan kemungkinan saja tanpa memaksakan ini sebagai kepercayaan yang harus diterima sebagai keyakinan dogmatis / fanatic yang membuta. Ini hanyalah thesis pada antithesis pandangan anda semula untuk mengembangkan synthesis kebijaksanaan baru kita berikutnya. Sungguh tidak ada yang harus dilekati (bahkan jikapun pandangan ini ternyata tidak hanya sesuai dengan asumsi anda bahkan memang demikian realitas kebenarannya pada segala fenomena keberadaan) dan juga tidak ada yang perlu dibenci atau ditolak (bahkan termasuk pandangan lain yang mungkin tidak hanya Dhammadipatheyya namun juga sekedar lokadipatheyya ataupun bahkan hanyalah attadipatheyya … karena setiap paradigma memiliki kebenaran dan juga “pembenaran”nya masing-masing walau tidak harus diterima dengan persetujuan namun tetap harus juga dihargai keberadaannya). Link Video : Keswadikaan pemurnian kesejatian : dari MLD (moha - lobha - dosa) /asava (anusaya- nivarana- kilesha vs panna- samadhi- sila ? ) kewajaran meng-esa & kesadaran anatta ( Taoism weiwuwei = action without actor / acting ?.... just process )
PLUS :
Kutipan : Well, Spiritualitas walau tampak sederhana memang sangat complicated (satu gerbang ilmu hanya bisa dibuka jika wilayah ilmu-laku-teku sebelumnya bukan hanya telah difahami dan dijalani namun telah dicapai / dikuasai dan tanpa dilekati perlu dilampaui untuk memasuki gerbang berikutnya). Lagipula kita juga perlu realistis dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada termasuk dan terutama keberadaan diri .... sudah layak atau belum. (Nibbana baru bisa tercapai dalam Panna keterjagaan sempurna magga phala tidak sekedar sanna persepsi sebenar apapun pandangannya tidak juga tanha obsesi sehebat apapun pengharapannya). Namun demikian karena ketidak-mengertian seseorang cenderung menganggap sedangkal apapun sesungguhnya level pencapaian dirinya (baik itu karena realisasi, referensi bahkan sekedar identifikasi ataupun imaginasi sekalipun) melabelkan dirinya sendiri sebagai yang tertinggi mengungguli lainnya untuk diakui segala keberadaannya & dituruti setiap keinginannya ..... sehingga tidak hanya stagnan untuk berkembang dalam keberdayaan namun bahkan jatuh terjebak & tersekap dalam keterpedayaan yang berkelanjutan (apalagi jika bukan hanya kebodohan internal namun juga pembodohan eksternal dilakukan .... payah & parah). So, sebagaimana wadah yang kosong, resik dan terbuka yang memungkinkan terisi lebih penuh, murni dan terjaga bukan hanya perendahan keakuan untuk melayakkan peningkatan reseptivitas diri namun tampaknya perlu penghampaan keakuan untuk lebih melayakkan penyelaman/ pencerahan yang lebih dalam lagi. Spiritualitas yang dewasa mutlak memerlukan kelayakan dengan pemastian kehandalan bukan sekedar pelagakan meyakinkan kecitraan belaka. Pencapaian keberdayaan untuk menghadapi segala kemungkinan tidak sekedar menggantungkan pengharapan kepercayaan yang bisa saja semu adanya... kemelekatan fanatis atas dogma justru akan bisa kontraproduktif sebagaimana pelekatan naif lainnya. Fokuskan saja realisasi pada pelayakan Ariya .... Nibbana atau Samsara terserah Niyama Dhamma. Di wilayah manapun dalam peran apapun pada situasi dan kondisi apapun juga seorang Ariya tetap akan mampu bermain apik tidak hanya secara cerdas tetap swadika dalam keterarahan namun juga tetap dengan cantik tanpa mengacaukan segalanya. (Ibaratnya CR7 atau Lionel Messi yang walau sesungguhnya bisa mengatasi bermain bola di klas liga dunia namun jika hanya tampil di turnamen kampung .... pasti akan lebih menguasai tentunya). Pencerahan adalah utama ... pembebasan 'hanyalah' bonusnya saja. Obsesi internal sebagaimana ambisi eksternal adalah tanha yang tersamar sebagaimana juga avijja lainnya (Ashin Tejaniya : jangan remehkan asava defilement karena ketika peremehan dilakukan anda sesungguhnya terlecehkan sendiri karena dijatuhkan dengan kesombongan anda ... awas spiritual materialism Chogyam Trungpa) Inilah sebabnya kami lebih suka istilah sederhana kedewasaan pencerahan ketimbang perayaan kebebasan (karena lebih : true, humble & responsible untuk tetap terjaga , menjaga & berjaga dari segala kemungkinan ... Kebenaran adalah Jalan Kita semua tetapi bukan Milik kita, Diri Kita dan Label Kita ... Anatta ? .. Well, hanya Sang Kebenaran (baca: Hyang Esa ... Tuhan Transenden dalam triade Wujud, Kuasa & KasihNya atas laten deitas keIlahianNya di segala mandala immanenNya yang nyata, mulia dan benar dalam kesempurnaanNya) yang benar. Sedangkan kita dalam keterbatasan & pembatasan yang ada memang sering bodoh, bisa saja salah, dan bahkan mungkin jatuh namun tetap perlu segera bangkit kembali menempuh jalan benar itu dengan benar dalam niat, cara,& arah tujuannya ... terjaga untuk evolusi eksistensial , menjaga bagi harmoni universal & berjaga demi sinergi transendental. Lim, kalau kamu bertanya dan mencari kebenaran, kebenaran itu persis seperti panasnya lampu minyak yang barusan kamu rasakan. Ada namun tidak terlihat, terasa namun tak dapat digenggam, mengelilingimu dengan cahayanya namun tak dapat kamu miliki, semua orang merasakan hal yang sama, melihat pancaran lampu tersebut, namun saat ingin dimiliki atau disentuh dia tak tersentuh, namun dapat dilihat dan dirasakan, itulah kebenaran. Kebenaran itu universal Lim, milik penciptanya dan segenap dunia ini, namun saat kebenaran ingin dimiliki oleh satu orang saja atau satu kelompok saja, dia akan langsung menghilang tak berbekas, karena kebenaran itu untuk disadari, dijalani bukan untuk dimiliki oleh makhluk yang Annica ( Tidak kekal) ini, makhluk yang Lobha ( Serakah) ini, makhluk yang penuh Irsia ( Iri hati) ini, makhluk yang penuh dengan Moha ( Kebodohan) ini dan bukan pula punya makhluk yang penuh dengan Dosa (Kebencian) ini. Disaat sebuah kebenaran sudah di klaim oleh orang lain atau hanya milik sebagian kelompok saja, maka kebenaran tersebut akan berubah menjadi pembenaran, menurut dirinya sendiri, menurut maunya sendiri, menurut nafsunya sendiri. Jadi Lim anakku, berjalanlah diatas kebenaran, lakukanlah yang benar benar, namun jangan sekali kali muncul keinginan untuk memiliki kebenaran yang universal tersebut, karena kebenaran itu universal tidak dapat dimiliki oleh siapapun kecuali Sang Pencipta kebenaran itu sendiri. semoga dapat dipahami dan semoga semua makhluk berbahagia lepas dari penderitaan selamanya, Sadhu sadhu sadhu.. Link : video there is no truth Bhante Punnaji.
intinya : Spiritualitas adalah masalah aktualisasi .autentik meniscayakan kesedemikianan dalam keseluruhan. beragama ? beragamalah namun tidak tereksploitasi apalagi mengeksploitasi. Ingat ada kaidah kebajikan universal untuk harmoni. bermistik ? bermistiklah namun tidak teridentifikasi apalagi mengidentifikasi. Ingat ada kaidah kebijakan transendental untuk evolusi. berdharma? berdharmalah namun tidak teralienasi apalagi mengalienasi. Ingat ada kaidah kebenaran eksistensial untuk sinergi. Atheisme, Agnostisme , dst ? jika alergi dengan terma dogmatis varnatmak "Tuhan" dan sejenisnya ganti saja dengan istilah filosofis 'Dhunyatmak' Causa Prima (sebab awal keazalian) , Sentra segalanya (Inti utama keberadaan) atau Orientasi destinasi (asymptot tujuan akhir kesejatian abadi) atau lainnya. Ini bukan masalah kepercayaan namun keberdayaan, tidak sekedar pengharapan atau penganggapan belaka namun murni masalah pemberdayaan peniscayaan kesedemikianan ... just idea (etika bukan dogma). Ini bukan agama dan seharusnya tidak dipandang sebagai dogma dan sebaiknya selanjutnya juga tetap disikapi / difahami demikian sebagai idea saja adanya. Tidak ada figur sesembahan yang baru, kredo keimanan yang beda ... hanya share idea pengetahuan (imaginasi inferential filosofis ?) & etika penempuhan (realisasi experiential ? sebatas referensi belum realisasi ... jujur saja masih padaparama dihetuka, hehehe ) Sesungguhnya kami tidak nyaman untuk jujur mengakui ini ... kami sebetulnya faham dan cukup tanggap bukan hanya akan silogisme tersirat namun juga fakta kenyataan di lapangan ....ini tidak sekedar tuduhan pembangkangan mereka bagi pengumbaran vitalisme neurotik saja namun terkadang autentik memang dikarenakan pandangan kebijaksanaan demi altruisme holistik yang diidealkan . Singkatnya, kehidupan berkeagamaan ,berketuhanan (dsb) kita memang sering tidak sesuai dengan evolusi, harmoni & sinergi yang seharusnya (ber-etika, bermartabat dan memberkahi dunia ini ) bahkan seringkali justru sebaliknya (menyesatkan, menyusahkan & mengacaukan bukan hanya sekedar diri sendiri namun juga orang lain, komunitas kebersamaan bahkan ke segala dimensi keberadaan hidup ini) apalagi jika memang ada celah hujjah untuk melegitimasi pembenaran kepentingan pelaziman kezaliman tersebut (trium falisme - standar ganda - pembenaran addhamma diri bagi lainnya ?). Bukan maksud kami mengacaukan permainan peran (dagelan nama rupa) yang tengah berlangsung (sudah, sedang dan akan demikian juga nantinya) dengan mengungkapkan realitas kebenaran & fenomena kenyataan (pembabaran Dharma ... sungkan, bro? ... introspeksi level spiritualitas diri :padaparma dihetuka) apalagi kebodohan internal & pembodohan eksternal (pembeberan Avidya ... riskan, lho ... harmonisasi label eksistensialitas diri : umat beragama & berTuhan) untuk share idea yang relatif agak berat, luas & mendalam ini bagi orang kebanyakan. Kami cukup faham dan juga sadar akan keniscayaan konsekueensi penempuhan yang memang tidak selalu selaras bahkan terkadang sering kali justru tidak sejalan dengan kebijaksanaan pengetahuan kami sendiri tersebut. Semula kami menujukan share ini bagi kita insan beragama untuk minimal membawa kebaikan & perbaikan bagi semua (diri, alam & sesama lainnya) karena di alam dimensi manapun kita (dunia saat ini atau alam nanti) sebagai apapun kita (manusia, hewan, petta, yakha, asura , niraya etc... dewa, mara, brahma, ariya dsb) kebaikan & perbaikan kualitas diri dan alam tsb harus tetap terjaga & dijaga keberkahanNya untuk evolusi pribadi, harmoni dimensi & sinergi valensi keberadaanNya. Namun tampaknya mungkin justru mereka yang akan lebih bebas leluasa tanpa jeratan/ sekapan harmonisasi paradigmatik eksistensial dalam memetik manfaatnya karena akan lebih autentik, harmonis & holistik dalam memahami & mengembangkan bukan hanya kemendalaman / kebijaksanaan pengetahuan namun juga capaian penempuhan dan layaknya keniscayaan selanjutnya. Well, sesungguhnya diperlukan tidak sekedar hanya kebaikan (kamavacara), kearifan (brahmanda) ataupun kesucian (lokuttara) namun juga keutuhan (apa istilah term baru ini ...self term kami : Adhyatama saja, ya ? Maha Diri Azali Hyang Abadi ) sedangkan untuk ke'zero'an selanjutnya tidak kami rekomendasikan (dampak annihilisasi diri zenka bagi alam sigma & inti sentra, labirin paradoks tanazul MLD kejatuhan lagi & terutama level spiritualitas diri ...hanya Asekha diri yang telah murni dari jebakan delusi keakuan/ sekapan tanha kemauan samsarik maka paska nibbana juga advaita & paramatta yang memang layak (tidak asal berlagak ... jadi kita ? ya nggak mungkinlah. Secara autentik kualitas Keakuan kita masih naif apalagi kemauan kita masih liar ... walau mengharapkan pembebasan Nibbana, mendambakan manunggaling kawulo gusti Brahmanda ataupun dijanjikan layak jannah astral namun ... jika saja tidak didukung dengan akumulasi kelayakan yang memungkinkan keniscayaannya tampaknya memang harus barzah eteris dulu karena memang kelayakann/kelaparan akan penganggapan & pengharapan itu atau jika akumulatif MLD memang besar/ sangat tebal akan jatuh lebih rendah lagi dari sebelumnya ) Lanjut ke asymptot ke'zero'an .... namun demikian kalaupun mungkin memang layak dan juga mampu (?) Dia mungkin akan tetap benar, bijak dan bajik untuk tidak menembus keIlahian Inti Hyang tidak hanya personal immanen namun juga Impersonal transenden ini demi kebijaksanaan keseluruhan kesedemikianan ini ... Dalam keswadikaan diri menjadi selaras dalam keseluruhan mungkin memang lebih tepat (tanpa harus hebat ? jumbuhing karso kawulo gusti x manunggaling wujud kawulo gusti ! ) ketimbang sempurna dalam kesemestaan alam & kesendirian inti pada mandala kesedemikianan ini ? (Imaginasi inferential filosofis gila atau gila-gilaan, nih .... hehehe, asal kesadaran tidak gila beneran dan kewajaran masih tampak waras ndagel patut x mbacut mbadut bersama figure peraga lainnya ). Secara pribadi kami tidak memandang tinggi / rendah wilayah karena segalaNya berada dalam mandalaNya dan seharusnya juga kepada segala ego figure/ ide konsep yang memang/ mungkin 'ada' padanya ... terlepas dari preferensi keinginan & hierarki kelayakan yang terjadi.
Dicoba .... Audience , Waktu & tempat ? susah juga .... Audience ? idealnya para pemerhati spiritual yang walau tidak terlalu cakap (faham abhidhamma misalnya) namun perlu moderat (bisa menerima pandangan yang berbeda tanpa harus percaya begitu saja apalagi langsung menyela & mecela jika berbeda ... well, SBNR sekuler tampaknya akan lebih baik namun SBAR pluralis bolehlah jika sudah cukup mampu memandang adanya keselarasan, keterpaduan dan keterarahan pelangi perbedaan akan/atas mentari kebenaran yang sama ... plus kejanggalan penyimpangan untuk dimaklumi/ dihindari & kemungkinan pengembangan melalui/ melampauinya). Mistik kejawen ? okelah ... namun perlu kami tekankan ini adalah masalah pengembangan kesadaran spiritual on process bukan pemanfaatan kecakapan metafisik by product (sebagai padaparama jujur saja kami tidak mampu ... bahkan kalaupun mampu kami seharusnya tetap juga seharusnya tidak perlu tersekap di dalamnya ) Waktu ? seharusnya ini hanya baru akan bisa terungkap di masa depan itupun jika dalam laju lineariras waktu yang dijalaninya manusia sudah tumbuh berkembang secara spiral membaik/maju meningkat tidak siklis berbalik/mundur terjatuh sebagaimana kecenderungan episode samsarik yang walau sebetulnya mampu dilampaui namun susah juga terjadi (apalagi jika ada vandalisme pemaksaan / penyesatan/ kelengahan yang menghancurkan / memundurkan perkembangan proses keberadaban & peradaban yang sedang berjalan baik internal maupun eksternal ?) ... Kebenaran, kebajikan & kebijakan itu walau merupakan keutamaan yang seharusnya secara sadar & wajar dijalani namun dalam bumi kenyataan ini sesungguhnya memang lemah & rapuh (mudah hancur dan dihancurkan oleh keganasan yang semu, naif & liar, Osho ?) apalagi jika semakin rendah layer dimensi semestanya & semakin dangkal level pribadi penghuninya, Tempat ? lokadhatu duniawi saat ini mungkin belum tepat walau tidak terlalu tidak tepat. konsideransi ? kutipan : Keberadaan sebagai manusia di mayapada dunia ini memang tidaklah seindah surga Devata kamavacara atau semulia jhana moksha para Brahma, namun demikian walaupun tidaklah sekondusif wilayah antara suddhavasa tetapi keberadaan mediocre ini justru bisa menjadi effektif bagi pertumbuhan dan perkembangan spiritualitasnya jika cukup reseptif menghayati, menjalani dan melampauinya secara benar , sehat dan tepat … tidak hanyut dalam arus eksistensi namun tidak juga teralienasi. Secara ideal audience, waktu & tempat memang tidak ada dan tidak akan pernah ada bagi evolusi, harmoni & sinergi bagi spiritualitas untuk mudah tumbuh dan berkembang karena kita bukan hanya harus autentuk menerima fakta kenyataan secara sesuai namun juga ada level kebenaran yang harus dilalui secara harmonis dan stage keutamaan yang harus holistik dilampaui . Namun demikian justru karena adanya faktor negatif yang ada tersebut yang postif akan bisa diwujudkan. Lagipula, segalanya memang harus dimulai dari diri kita ini, disini dan saat ini ... apapun level pribadi, situasi & kondisi semulanya. So, Perlu pandangan yang utuh totalitas, pragmatis berguna & konsisten berlanjut dalam mandala yang homeostatis interconnected, equilibirium bagi keseluruhan / keselarasan / kesedemikiannya bagi aktualisasi yang autentik, harmonik & holistik (tidak layak identifikatif , tidak perlu alienatif dan tidak patut eksploitatif). Quantum leap bagi paradigm shift dalam stagnansi keberagaman filsafat & psikologi di era post modern ini dst ? Fase Religius Soren Kierkegard < Positivistik Auguste Comte < .... ? = (estetis-etis-religius)< (teologis-metafisis-positivist) < ... ? langsung saja : Panen-istics atas triade diri , alam & inti ? Panen-ego-istics ? panentheisme Hyang Esa Panen-geo-istics ? panentaoistic Hyang Ika Panen-deo-istics ? panentheistics Hyang Ada Masih, mbulet ya ? rehat dulu lagi saja ... cari familiaritas akurat diksi kata/ wacana idea yang mudah/ tepat agar lebih jelas/dekat sesuai maksud kami).
ikutan agak tricky cari celah demi diterima di Indonesia, hehehe ? (keTuhanan yang Maha Esa, Bhineka Tunggal Ika ... apalagi, ya ? Cahaya Pancasila ? ... wah, kok jadi lebai berlebihan melampaui batas begini ? ... padahal kebenaran sejati itulah yang hakiki selalu terjadi walau tidak butuh diakui atau disetujui siapapun juga ) Jadi inget adaptasi / adoptasi istilah Ashin Jinarakita tentang Keilahian tanpa klaim yang tidak lazim untuk keilahian impersonal Buddhisme di Indonesia sebagai Hyang Adi Buddha atau para Theosofi Sufisme bagi Tuhan Transpersonal yang (tidak mudah namun perlu) dikenal atas Tuhan Personal yang sudah 'akrab' dikenal (Nous = Nur Muhammad etc untuk filosofi Plotinus tentang Logos Tohen bagi desain tanazul taraqqi ekstase atas emanasi penempuhan transendensi keIlahian, Suhrawardi ?). Well ... kami tanggap itu dimaksudkan untuk mensublimasi kemuliaan tidak dalam niatan mendegradasikan atas konsep/ figure yang dimaksud demi transendensi ke wilayah samudera keilahian yang lebih terarah murni tanpa perlu menyimpang (lampaui faktisitas pembatasan atau keterbatasan istilah ?).
atau dari kutipan posting lalu :
Panen-ego-istics ? panentheisme Hyang Esa .... Kasih Jadi turun level agak romantis lagi, nih .... ingat refleksi pribadi "Kun Saidan" (Berbahagialah - Anisah May dari Tasauf Modern Hamka ) ... Just loving the Love. Cintailah Cinta (Sumber Sejatinya bukan sekedar Media Obyeknya). Cintailah Tuhan (baca: Kebenaran) sebagaimana kehendakNya bukan hanya sekedar untuk mengumbar kepentingan ego yang selfish. Karena apapun yang diberikanNya (sekalipun seburuk atau seberat apapun itu tampaknya di permukaan) adalah tetap yang terbaik bagi kita ... karena itu demi kebaikan pemberdayaan kita bukan untuk memperdayakan kita. Atau dalam Mistik Theosofi dikatakan Tuhan menjadikan ini semua dengan cinta oleh karenanya dengan cintalah hendaknya kita menempuhnya untuk memahami dan mencintai kebenaran itu sebagaimana adanya.. 3 dantien = akal - hati - pusat (tidak ada yang salah dari semuanya jika selaras terpadu ?) Wah, agak melantur tampaknya bahasan kearifan samsarik & curhat pribadi ini. Semoga para Neyya (terutama para pabajita) tetap mampu waspada terjaga dan tidak hanyut terbawa arus idea ini. Para Mistisi (Tantrik Osho, Taoism ?) kadang terjebak dan tersekap dalam labirin sex - cinta - kasih ini. Sex atau birahi (kama) bersifat nafsu sensual, cinta (sneha) bersifat personal , sedangkan kasih (metta) bersifat kosmik impersonal. Ini kami ungkapkan bukan hanya karena kami memandang tetap perlunya pembabaran Saddhamma yang walau memang ditempuh secara eksistensial hendaknya juga melampaui universal untuk menjangkau transendental demi transformasi pencerahan spiritual yang dijalani. Alasan lain adalah dikarenakan kami memandang living kosmik ini utuh dalam keseluruhan (katakanlah semacam organisma besar) maka perlu perimbangan kemurnian nirvanik yang arif/kuat mengatasi kecenderungan alami samsarik yang 'naif/liar' untuk membuatnya cukup 'sehat/ tepat' agar tetap mantap bertahan dan lancar berjalan. Jikapun tidak memungkinkannya dalam keterjagaan pencerahan total keseluruhannya minimal tidak membuatnya jatuh terpuruk dalam kehancuran. Meminjam istilah Sadhguru Yasudev (?), Karma samsarik sesungguhnya tidak hanya berdampak sebatas pada pribadi eksistensial pemerannya saja namun juga bereffek pada wadah arena semesta universal yang menampungnya. Atau menganalogikan dalam Mistik Hinduism (day & night of Brahman ) seandainya samsara ini hanya Ke-Esa-an yang terlelap bermimpi, maka jika beliau terjaga semoga senantiasa lebih segar karena kecerahan tidur tanpa "mimpi buruk"nya ....mungkin perumpamaan itu bisa menjadi pemicu baru mengapa transendensi eksistensial evolusi pribadi perlu dijalankan dan transendensi universal harmoni dimensi perlu diusahakan ... (sekedar tambahan terma filsafat theosofist ini : eros - filia - agape ? cinta sensual - altruisme kemanusiaan - kasih keIlahian ) So, Be Selfless (not selfish ? )
INFERENSI DIMENSI = urut dari bawah gradasi vs MLD avijja diri (dampak karmik & effek kosmik)
NO
WILAYAH
LAYER
ORIENTASI
MODE
SIFAT
TERM
TYPE
DIRI ?
TATARAN
1
Kamavacara
Eksistensial
Kebahagiaan
Eksploitasi
Transaksi
Lillah
Persona
Mengaku (sebagai aku)
Personal
2
Brahmanda
Universal
Kesemestaan
Interkoneksi
Harmoni
Billah
Monade
Mengesa (sebagai kita)
Transpersonal
3
Lokuttara
Transendental
Keadvaitaan
Aktualisasi
Sinergi
Fillah
Sakshin
Meniada (sebagai dia)
Impersonal
NO | WILAYAH | LAYER | ORIENTASI | MODE | SIFAT | TERM | TYPE | DIRI ? | TATARAN |
1 | Kamavacara | Eksistensial | Kebahagiaan | Eksploitasi | Transaksi | Lillah | Persona | Mengaku (sebagai aku) | Personal |
2 | Brahmanda | Universal | Kesemestaan | Interkoneksi | Harmoni | Billah | Monade | Mengesa (sebagai kita) | Transpersonal |
3 | Lokuttara | Transendental | Keadvaitaan | Aktualisasi | Sinergi | Fillah | Sakshin | Meniada (sebagai dia) | Impersonal |
Selesai ? masih belum .... orientasi kebijaksananaan kesedemikianan kita adalah keselarasan bukan kesempurnaan, bro (ingat : kode etika 10 Ali Shariati ) Jadi, Gnoti Seauton (Kenalilah dirimu /sebagai makhluk ?/) karena Man arofa nafsahu faqod arofa Robbahu hanya dengan mengenal diri (dengan segala keterbatasan makhlukiyahnya betapapun hebat pencapaian dan megah pengakuannya) maka kita akan mengenal Tuhan (Hyang Maha Sempurna dan SegalaNya). Ini adalah orientasi keyakinan awal dan juga realisasi kebenaran akhir. Dr. Ali Shariati melambangkan 1 adalah Hyang Esa, 0 adalah makhlukNya. Meminjam istilah beliau ; berikut adalah paradigma kerobbanian yang menjadi orientasi awal bagi ketawaddhuan yang juga akan kembali menjadi realisasi akhir bagi kecerdasan manusia. (*) = 1 tetap bernilai walau 0 tidak ada. 0 tidak bernilai jika 1 tidak ada. Maksudnya = Tuhan tetap ada walaupun makhluk ada ataupun tidak ada. Tuhan (kholik) adalah wajibul wujud yang keberadaanNya mutlak adanya ; selain itu (makhluk) adalah mumkimul wujud yang keberadaannya relatif adanya ~ bisa ada, bisa juga tidak ada ~ terserah dan berserah kepada kehendakNya. Tanpa Tuhan, segalanya tidak akan pernah ada. Tanpa segalanya sekalipun, Tuhan tetap ada. Dia adalah Hakekat yang merupakan penyebab dan kembali segala yang ada (baca: diadakan untuk mengada jadi tidak perlu terlalu meng-ada ada). (*) = 1 di depan 0 jauh bernilai dibanding 0 di depan 1 . Maksudnya = Jadilah pribadi 10; Pribadi yang mengedepankan Tuhannya diatas segalanya (termasuk dirinya sendiri). 0 didepan 1 dibelakang hanyalah bernilai 1 (satu) – ini gambaran pribadi yang mengedepankan selainNya pada kehidupan. Amaliah menjadi tak sempurna karena syirik, pribadi tidak konsisten karena terombang-ambing kepentingan duniawi/ kebanggaan berpribadi. Bahkan jika pada akhirnya yang satu (1) itu menjadi hilang, maka seluruh kehidupan kita tinggal 0 (baca: nol besar). (*) = 1 dibagi 0 tak terhingga ; 0 dibagi 1 tak berharga. Maksudnya = Pribadi yang berkarakter kuat dan cerdas adalah pribadi dengan kekuatan dan kecerdasan yang tumbuh berkembang karena ketawadhuan bukan dengan ketakaburan. 0 dibagi 1 tetaplah 0 – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri dengan ketakaburan. (Lemah dan rapuh karena sesungguhnya :Tiada daya upaya tanpa izinNya.) Namun … 1 dibagi 0 adalah tak terhingga – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri karena ketawaddhuan. (Senantiasa tumbuh dan berkembang dalam keridhoan dan petunjukNya)
Panen-geo-istics ? panentaoistic Hyang Ika.... Kuasa Bagaimana dengan Tao ? Tao sering didefinisikan sebagai Roh Universal yang berada dalam segalaNya ... Kesempurnaan azali yang terus menyempurnakan kesempurnaan abadiNya. Konsep absurd : Tao adalah Tao – jika kau bisa menggambarkannya itu pasti bukan Tao. Well ... Paradigma Panen-Tao-istics mungkin bisa juga digunakan SBNR karena ini walau sekuler namun akan lebih ilmiah ketimbang panen-Theis-tics SBNR yang kami ajukan karena lebih autentik & holistik tersentralisasi untuk aktualisasi penjelajahan tanpa terbelenggu sakralisasi ... namun jaga keberimbangan & keseimbangan dalam pertumbuhan perkembangannya agar tetap teraktualisasi sempurna dalam pengetahuan, penempuhan & penembusannya . Wah .. paramitta Boddhisatta 3 layer untuak akselerasi pelayakan keniscayan diri jadi boleh dilakukan bagi evolusi pribadi namun tetap jaga harmoni kebersamaan dan sinergi kesemestaan jika tercapai kelayakan untuk tidak jatuh apalagi menjatuhkan lainnya. Be True, Humble & Responsible ? harusnya lebih tepat/ nekat lagi ... True dimaknai sejati tidak sekedar dalam laku kejujuran namun asli autentik dalam kemurnian, humble menghampa untuk sempurna merengkuh segalanya tidak sekedar merendahkan hati untuk reseptif meninggikan kelayakan diri & responsible karena memang itu keniscayaan yang terjadi, kan ? (Jadi tidak lagi perlu benalu pengharapan yang akan merendahkan kelayakannya apalagi penganggapan konyol keakuan yang justru bukan hanya memandekan namun bisa saja menyesatkan dan menjatuhkan level realitas ... labirin paradoks papanca input karena output ?) Just Wei Wu Wei ... hanya persembahan keutamaan (wah ... termanya lebai banget ... untuk sekedar pengetahuan bolehlah tetapi untuk menghindari klaim penghebohan kepekokan bagi penempuhan untuk penembusan risih juga,nih ... main kepekaan rasa tidak asal klaim idea saja, bro) ... hanya ada tindakan kebaikan tanpa keakuan yang ingin pengakuan apalagi pemujian/ pemujaan dan tiada kemauan untuk mementahkan kelayakan peniscayaan yang seharusnya memang sudah pasti .. Meminjam istilah Panen-Theistics SBAR kami : kita hanyalah ketiadaan murni yang seharusnya selaras mengada dihadapanNya tanpa harus mengada-ada dalam keakuan tiada perlu meng-ada adakan dengan kemauan .... apa yang layak akan terlayakkan pada saatnya karena itu kaidah Dhamma kebenaran di setiap dhamma kenyataan sesuai dengan kepastian Dhamma dari DhyanaNya. SegalaNya (Laten DeitasNya) bermula, berada dan kembali kepadaNya (triade : diri – alam – inti ) Bermula karena katalisasi peniscayaan keberadaan > emanasi keilahian brahman > prokreasi penciptaan ketuhanan Berada dalam kaidah kosmik (Parama Dhamma akan advaita niyama dharma : keutamaan > kebenaran > kenyataan ) Kembali kepada mandala advaita ( segalanya berada dalam sigma kewilayahan yang sama dari ketidak-terhinggaan yang bukan hanya mungkin memang sudah ada namun juga belum ada , akan ada bahkan susah ada karena konfigurasi peniscayaan yang sudah/belum/akan/tidak terpenuhi.) Gradasi tidak hirarki ? karena walau beda level , layer & label keberadaannya berada dalam kealamian, keilahian & kemurnian advaita mandala yang sama Ah ... Susah juga memadukan apalagi mengungkapkan (terlebih lagi merealisasikan) paradigma kebijaksanaan kesedemikianan demi keselarasan bagi keseluruhan. Maaf, Socrates ... terpaksa untuk mempermudah & memperjelas paradigma kesedemikian ini kami ajukan framework deduktif tidak lagi induktif majeutike terus ... walau bukan hanya sungkan, riskan & kompleks rintisan pandangan ini. Berhadapan dengan ketidak-terhinggaan ... bagi setiap pemberdaya ... langit senantiasa tiada batas umtuk senantiasa tumbuh berkembang dalam keberdayaan melampaui segala labirin keterpedayaan & pemerdayaan yang senantiasa ada mengintai dalam setiap evolusi, harmoni & dimensi yang diskenariokanNya. Aktualisasi holistik Kusala Kiriya para Sakshin Ariya tanpa perlu mengalienasi , mengidentifikasi apalagi mengeksploitasi (bukan hanya internal namun juga eksternal ... demi eksistensialitas, universalitas & transendentalitas yang terrniscayakan via kefahaman, kecakapan & kelayakan ... sebagai kesadaran dalam kewajaran sebagaimana adaNya ... lillah, billaah, fillaah .... Wei Wu Wei (Just action .. without acting & actor ?).
Panen-Deo-istics ? panentheistics Hyang Ada.... Wujud MANDALA SEMESTA
Desain kosmik mandala ini memang kelihatan aneh & unik ... banyak paradoks & labirin dalam sistemNya. Well ... mentari Dhamma kebenaran transendental yang tidak hanya translingual namun juga transrasional mungkin memang harusnya demikian agar ada ruang / peluang bagi avidya kebodohan secara semu, naif bahkan liar membiaskan pelangi semu keberagaman ... agar bisa makin mengesankan (juga mengenaskan) kepekokan & lebih mengasyikan (juga mengesalkan) kehebohan dagelan nama rupa samsarik di dalamnya, hehehe . Secara mikrokosmik jika diri bertransendensi semakin ke atas & ke dalam (realisasi> aktualisasi x defisiensi) justru secara makrokosmos semakin luas wilayahnya (bukan hanya memungkinkan kemantapan saat ini namun juga melayakan peniscayaan fase berikutnya disamping melingkupi permukaan yang di bawah & di luar sebelumnya) ... So, triade realisasi evolutif (zenka keberadaan diri), aktualisasi harmonis (sigma kebersamaan alam) dan sinergi holistik (sentra kesedemikianan inti) mutlak secara simultan progresif difahami , dijalani dan dilampaui untuk tidak stagnan tumbuh berkembang tanpa harus tersesat dalam labirin apalagi tergelincir dalam kejatuhan (saran ideal bagi kita yang idiot, bro) Mandala Samsarik Buddhisme (31 alam kehidupan)
atau tabel hipotesis yang agak 'gila' dari kami ini Skema Wilayah Tanazul Genesis & Taraqi Ekstasis meniscayakan keterrealisasinya transendensi impersonal bagi evolusi pribadi demi harmoni dimensi
Wilayah
1
2
3
Transendental
Nibbana ‘sentra’ ?
Belum diketahui ? 7
Tidak diketahui ? 8
Tanpa diketahui ? 9
Nibbana ‘sigma’?
Belum mengakui ? 4
Tidak mengakui ? 5
Tanpa mengakui ? 6
Nibbana ‘zenka’ ?
Arahata 1
Pacceka 2
Sambuddha 3
Universal
Brahma Murni (Suddhavasa)
Anagami 7 (aviha Atappa)
Anagami 8 (Sudassa Sudassi)
Anagami 9(Akanittha)
Brahma Stabil (Uppekkha )
jhana 4 (Vehapphala)
Asaññasatta 5 (rupa > nama)
Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 )
Brahma mobile (nama & rupa)
Jhana 1 (Maha Brahma)
Jhana 2 (Abhassara)
Jhana 3 (Subhakinha)
Eksistensial
Trimurti LokaDewa
Vishnu 7 (Tusita)
Brahma 8 (Nimmãnarati)
Shiva 9 (Mara? Paranimmita vasavatti)
Astral Surgawi
Yakha (Cãtummahãrãjika) 4
Saka (Tãvatimsa) 5
Yama (Yãma)6
Materi Eteris
Dunia fisik(mediocre’ manussa &‘apaya’ hewan iracchãnayoni) + flora & abiotik ? / 1 Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya)2 Eteris Astral apaya Asura (petta & /eks?/ Deva ) 3
Wilayah | 1 | 2 | 3 | |
Transendental | Nibbana ‘sentra’ ? | Belum diketahui ? 7 | Tidak diketahui ? 8 | Tanpa diketahui ? 9 |
Nibbana ‘sigma’? | Belum mengakui ? 4 | Tidak mengakui ? 5 | Tanpa mengakui ? 6 | |
Nibbana ‘zenka’ ? | Arahata 1 | Pacceka 2 | Sambuddha 3 | |
Universal | Brahma Murni (Suddhavasa) | Anagami 7 (aviha Atappa) | Anagami 8 (Sudassa Sudassi) | Anagami 9(Akanittha) |
Brahma Stabil (Uppekkha ) | jhana 4 (Vehapphala) | Asaññasatta 5 (rupa > nama) | Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 ) | |
Brahma mobile (nama & rupa) | Jhana 1 (Maha Brahma) | Jhana 2 (Abhassara) | Jhana 3 (Subhakinha) | |
Eksistensial | Trimurti LokaDewa | Vishnu 7 (Tusita) | Brahma 8 (Nimmãnarati) | Shiva 9 (Mara? Paranimmita vasavatti) |
Astral Surgawi | Yakha (Cãtummahãrãjika) 4 | Saka (Tãvatimsa) 5 | Yama (Yãma)6 | |
Materi Eteris | Dunia fisik(mediocre’ manussa &‘apaya’ hewan iracchãnayoni) + flora & abiotik ? / 1 | Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya) 2 | Eteris Astral apaya Asura (petta & /eks?/ Deva ) 3 |